Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

01 Maret 2017

Contoh Ulasan Film (Film Review) Bahasa Indonesia - Rings (2017)

Review

Rings (2017)


Sama seperti kutukan video maut itu sendiri, franchise horor Jepang The Ring a.k.a Ringu seperti tidak pernah ada matinya. Sampai saat ini, kurang lebih sudah ada selusin adaptasi, dari novel sampai film yang beranak pinak, termasuk sekuel, remake, bahkan sampai cross-over gila-gilaan macam Sadako vs. Kayako yang edan tenan itu. 

Ya, di awal tahun ini kita kembali kedatangan sekuel baru The Ring, Paramount yang mengambil alih wara laba J-horror ini dari tangan Dreamworks masih percaya bahwa sosok Sadako (Samara dalam versi US-nya) masih punya daya pikat besar untuk dijual meski kita sama-sama tahu kualitas sekuel remake pertamanya itu luar biasa berantakan meski sudah dipegang langsung oleh sutradara Hideo Nakata yang sukses di versi Jepangnya termasuk memasang kembali bintang utamanya, Naomi Watts.

Harus diakui The Ring Two memang mengecewakan, padahal lima tahun sebelumnya, Gore Verbinski sudah melakukan hal luar biasa ketika berhasil membuat The Ring sebagai salah satu remake horor Jepang terbaik. Tetapi coba lihat pendapatan box-office-nya, The Ring Two masih sanggup menggondol 160 juta dari modal 50 juta Dolarnya. tentu saja sama sekali tidak buruk, jadi wajar-wajar saja jika Paramount masih yakin bahwa adaptasi novel Koji Suzuki ini masih cukup sakti, terbukti, sampai tulisan ini dibuat, sekuel keduanya yang diberi tajuk Rings sudah menghasilkan untung dua kali lipat meski harus diakui, kualitasnya juga dua kali lipat lebih buruk dari The Ring Two.

Cerita Rings mengambil set waktu 13 tahun dari seri pertamanya. Seperti mengikuti jaman dan tren modern, video kutukan Samara Morgan kini  bertransformasi dari kaset VHS jadul ke versi digital yang masih menebar ancaman maut yang sama mematikannya dari satu orang ke orang lain, salah satunya adalah tokoh utama kita, Julia (Matilda Lutz) yang hanya punya waktu tujuh hari setelah ia dan kekasihnya, Holt (Alex Roe) terlibat dalam eksperimen sinting seorang dosen bernama Gabriel Brown (Johnny Galecki). Dari sini kita akan menyaksikan perjuangan Julia dan Holt tidak hanya untuk melawan kutukan Samara dan tetap bertahan hidup namun di saat bersamaan keduanya juga dipaksa untuk menyibak masa lalu mengerikan sang hantu.

Ini buruk, luar biasa buruk, bahkan lebih buruk dari harapanmu yang paling rendah sekalipun sampai-sampai membuat Sadako vs. Kayako terasa menjadi tontonan horor yang bagus sekali. Premisnya tentu saja masih mengulang yang sudah-sudah di mana video kutukan Samara Morgan masih menjadi momok mengerikan. Ada usaha dari trio penulis naskah David Loucka, Jacob Aaron Estes dan Akiva Goldsman untuk menjadikan Rings berbeda ketika lebih memfokuskan pada masa lalu Samara Morgan ketimbang dua seri awal yang lebih memusatkan pada relasi ibu-anak, mereka sangat payah mengeksekusi backstory sang hantu perempuan berambut panjang itu.

Kita sudah bisa melihat segala kekacauan ini dari puluhan kilometer jauhnya, lihat saja adegan pembukanya yang sangat medioker itu sudah sangat salah, atau bagaimana kemudian plotnya berjalan berantakan dan membosankan, menyiksamu pelan-pelan bukan karena faktor horornya, karena jujur saja ini bukan jenis horor yang menakutkan, namun dari setiap kebodohan demi kebodohan serta rentetan jump scare malas yang dibuat oleh sutradara F. Javier Gutiérrez membuat 102 menit durasinya terasa berjam-jam lamanya. Mulai dari perkenalan karakter yang cheesy, bagaimana kutukan video itu memakan korban satu demi satu sampai melihat karakternya yang ke sana ke mari tidak jelas mencari petunjuk untuk menyibak masa lalu Samara yang sebenarnya bisa menjadi satu-satunya nilai jual dari Ring dihancur leburkan dengan cara bodoh, dan dengan sangat kurang ajar sudah melecehkan sumber aslinya, terlebih dengan klimaks ala Don’t Breath KW 2 yang penuh bencana, plus twist ending murahan yang membuatmu ingin meludahinya berulang-ulang.

Tidak ada Naomi Watts yang datang untuk menyelamatkan dari kehancuran total, sebagai gantinya, Rings diisi dengan para pendatang baru bermodal tampang dengan chemistry kosong yang malah membuat segalanya lebih buruk, jika ada satu-satunya penampilan yang bisa mendapatkan sedikit apresiasi mungkin hanya Vincent D’Onofrio sebagai pendeta buta yang aneh . Hasilnya, Rings malah membuat kita ilfil terhadap karakter Samara Morgan yang seharusnya bisa lebih mendapatkan perlakuan lebih terhormat dengan segala latar belakang masa lalunya yang mestinya bisa berkesan misterius dan menyeramkan, terganti dengan versi baru sebagai hantu yang membosankan.










Rings (2017)

3.8 Movienthusiast's


Summary
Sekuel yang sebenarnya tidak perlu ada. Rings adalah sebuah bencana total, tidak hanya buruk secara kualitas tetapi ia juga sedikit banyak telah kurang ajar melecehkan sumber aslinya dengan cara yang bodoh dan murahan.


CERITA: 2.5
PENYUTRADARAAN: 3
AKTING: 4
VISUAL: 5.5



sumber: http://movienthusiast.com/rings-2017/






Sumber


 
 
 
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog