Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

23 April 2013

Wawancara Presiden RI dengan TVRI oleh Soegeng Sarjadi (Bagian 5)

Soegeng Sarjadi:
Pak Presiden, yang kadang-kadang di-overlook oleh masyarakat itu, Bapak ini sudah melanjutkan mesin ekonomi yang diawali oleh para pendahulu Bapak, yang saya sebut ini mesin ekonomi. You have established an economic engine that runs. Makanya kemarin kan agak sedikit cynical itu yang co-pilot atau tanpa pilot, autopilot. You cannot say that. Ini ada pilot. Tidak mungkin mesin dibawa atau menjadi that’s run itu tanpa pilot, ndak mungkin.

Jadi, pertanyaan saya, Pak, di dalam kemajuan itu, keyakinan yang Bapak tadi itu, kalau seseorang dalam bidang bisnis ini, memiliki—ini saya mau bicara dalam rangka pemerataan—60 ribu hektar kebon itu sebetulnya sama dengan seluas Singapur, Pak. Jadi, kalau 300 ribu hektar, itu berarti 5 kali Singapur. Dan, sekarang ini kita nomor satu di mana-mana: sawit, karet, lada, and so forth. Saya concerned, how do you cope? Ketika ini yang besar because, if you want to deal with growth, then you will have to deal with the big guys. Saya anggap ini pemain-pemain besar.

Kemarin, saya prihatin dan Bapak juga prihatin mengenai Bima, mengenai Mesuji. Saya mencoba mewakili publik. Stop that from happening karena, kalau Anda memiliki 60 ribu itu, you are just like memiliki Singapur. Kalau 1 juta, it’s a country within a country. Punya hatilah kepada si Mesuji, jangan ditembaki, di-embarrass dia. Apa susahnya sih mengasih, misalnya 10 ribu out of 300 ribu misalnya, atau 2 ribu hektar out of 60 ribu. Your assessment, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia:
Ya, justru itulah masalah yang fundamental, masalah yang penting. Dan, salah satu ideologi serta paham saya dalam ekonomi, saya katakan tadi, ekonomi yang kita tuju ini adalah ekonomi yang kuat dan adil. Perkara adil ini ya kita punya Pancasila. Dalam Pancasila, ada keadilan sosial.

Saya bukan penganut paham kapitalisme, apalagi yang fundamental, tapi juga bukan sosialisme, komunisme. Saya mengambil jalan tengah, dan patokan saya ya keadilan sosial yang ada dalam Pancasila. Manakala semua berpikir seperti itu, maka akan menjadi tenteram.

Disebutkan tadi, ada perusahaan-perusahaan besar, ada perkebunan juga yang besar. Kalau kemajuan, pertumbuhan, benefit atau profit itu juga dirasakan oleh semua, maka semua akan menjadi bagian dari pertumbuhan, pergerakan, dan kemajuan itu.

Oleh karena itu, secara strategis, saya kira publik juga tahu karena saya tidak ingin business as usual, biasa-biasa saja, memang maju tapi majunya lambat, maka untuk pertumbuhan ekonomi, untuk investasi, kita lakukan percepatan dan perluasan di bawah MP3EI. Saya kira Menko Perekonomian dan menteri yang lain sudah pernah menjelaskan.

Intinya 15 tahun mendatang akan kita tingkatkan investasi dan pertumbuhan agar ekonomi nasional, ekonomi negara bergerak untuk rakyat. Tetapi, itu belum cukup. 15 tahun ke depan juga harus kita percepat dan kita perluas upaya pengurangan kemiskinan.

Soegeng Sarjadi:
Good point.

Presiden Republik Indonesia:
Ada MP3EI, MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia). Harus pararel. Pemerintah harus begitu, dunia usaha harus begitu, daerah harus begitu. Dengan demikian, dipastikan bahwa rakyat, local communities, ketika bekerja, berada dalam pertumbuhan ekonomi yang makin baik ke depan, dia juga ikut terangkat. Dia petani, dia nelayan, dia buruh, atau pekerja.

Oleh karena itu, saya mengembangkan kebijakan, saya minta dunia usaha untuk tidak meninggalkan masyarakat lokal, diajak, jadikan itu pendorong untuk pertumbuhan perusahaannya itu, sehingga nanti kalau ada hasil, ada laba, ada keuntungan juga dirasakan oleh semua. Saya menyeru kepada seluruh pemimpin daerah: gubernur, bupati, walikota yang tiap hari yang menangani itu, yang mengeluarkan izin, yang mengambil keputusan, jangan lupa untuk membawa serta masyarakat lokal dalam pertumbuhan itu.

Secara nasional jelas. Mas Soegeng pirso bahwa, seperti strategi yang saya pilih sejak tahun 2005, itu adalah propertumbuhan. Kalau ekonomi tidak tumbuh, ndak mungkin kita bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Yang kedua, pro-lapangan pekerjaan, dan alhamdulillah kemiskinan, pengangguran terus turun meskipun harus bekerja lebih keras lagi.

Yang ketiga, pro-pengurangan kemiskinan. Saya mengembangkan ini.

Dan terakhir, ditambah pro-lingkungan.

Begini, sahabat saya dulu, Thaksin, itu mengembangkan namanya dual-track strategy untuk ekonomi Thailand. Saya berdiskusi dengan yang bersangkutan, “Apa yang dimaksud dengan dual track?” “Kami pertumbuhan dan lapangan pekerjaan.”

Ketika saya kembali ke tanah air, saya memikirkan negeri kita. Ndak cukup kalau hanya dual track, harus triple track waktu itu: untuk pertumbuhan, untuk lapangan pekerjaan, dan sekaligus pengurangan kemiskinan secara terus-menerus.

Dengan climate change sekarang ini, mulai tahun 2009, saya tambah satu lagi pro-environment, pro-lingkungan. Jadi, kalau secara nasional strategi kita seperti itu, daerah, demikian juga dunia usaha, semua harus juga bisa mengimplementasikan pada wilayahnya masing-masing.

Soegeng Sarjadi:
Very good.

Presiden Republik Indonesia:
Sawit tadi, dan usaha pertambangan, apapun. Ajak masyarakat lokal. Dia menikmati hasil dan profit itu.

Soegeng Sarjadi:
Very good. Good point, Pak. Bapak Presiden, ini menit-menit terakhir, tidak terasa satu jam. Ternyata ndak perlu break tadi, ternyata kita hampir satu jam.

Saya akan menggarisbawahi lingkungan, Pak. Kenapa ini penting? Pemerataan itu tidak harus setiap penduduk sekaya orang-orang kota. Bisa enggak pada suatu saat walikota, bupati, gubernur membuat lingkungannya itu beradab? Masa susah amat membersihkan Sungai Ciliwung sih, Pak. Berapa sih biayanya? Tapi bukan pembicaraan kita.

Bapak Presiden, tujuh tahun Bapak sudah riding the wave Presidency Bapak. Dan tidak bisa dipungkiri lagi, catatan saya, when you go, kita, mesin ekonomi kita, menurut saya akan membawa Indonesia berpenghasilan GDP di atas 1 triliun US Dollars. Cadangan devisa barangkali bisa mencapai sekitar 200-an billion US Dollars. GDP per kapita mungkin bisa 4.000. Di sana-sini masih ada saudara-saudara kita yang harus diangkat, yang miskin, yang tidak ada lapangan kerja, tapi itu semua pekerjaan kita.

Tapi, saya hampir memastikan, Bapak Presiden, bahwa Bapak membawa kapal induk Indonesia. Kalau saya nyebut Singapur, maaf kata ini, itu adalah tongkang. Malaysia itu tongkang, terlalu kecil. Ini kapal induk. Mampu membawa kapal induk ini untuk menatap masa depan menjadi negara yang maju, kuat, dan modern itu.

Boleh saya nanya satu?

Presiden Republik Indonesia:
Silakan.

Soegeng Sarjadi:
What do you expect pengganti Bapak?

Presiden Republik Indonesia:
Well, Mas Soegeng, saya percaya pada demokrasi. Saya percaya pada keniscayaan sejarah bahwa 2014 akan muncul pemimpin baru. Dan dari sekarang menuju ke sana, akan banyak calon, banyak kandidat.

Tapi, satu hal, tentu saya boleh berharap sebagai Presiden yang bekerja insya Allah 10 tahun nanti dengan segala tantangan dan permasalahan, dengan segala capaian dan hal-hal yang belum bisa saya capai, maka Presiden 2014 mendatang, harapan saya, disamping yang dipilih oleh rakyat, tapi juga punya keinginan kuat dan bekerja sungguh ikhlas dan keras untuk lebih membikin baiknya negeri ini, melanjutkan lagi, meneruskan lagi.

Yang belum baik dari saya, perbaiki, koreksi. Tapi yang sudah dicapai oleh bangsa ini 10 tahun terakhir terus dilanjutkan. Dengan demikian, harapan rakyat Indonesia bisa dicapai.

Saya berharap ruang demokrasi dibuka tiga tahun, 2,5 tahun mendatang ini. Para pemimpin itu silakan mulai berkomunikasi dengan rakyatnya: visinya, pikirannya mengatasi masalah negara yang begini kompleks, apa yang mau dilakukan. Rakyat bisa mengikuti. Rakyat juga mengetahui rekam jejaknya, pengalamannya, kapasitasnya. Dengan demikian, harapan saya, pengganti saya nanti adalah yang benar-benar dipilih oleh rakyat, dan rakyat sadar dan mengerti mengapa memilih pemimpin itu. Dan setelah itu, kita dukung pemimpin itu supaya lebih berhasil dari saya, supaya pemerintahannya bisa berbuat lebih banyak dibandingkan yang saya lakukan.

That’s my hope, itulah harapan saya, Mas Soegeng. Dan, saya yakin Tuhan akan menurunkan pemimpin baru nanti untuk melanjutkan kepemimpinan yang saya lakukan ini.

Soegeng Sarjadi:
Terima kasih, Bapak Presiden.

Saya yakin di akhir kepresidenan Bapak ini, Bapak sebagai pemimpin selama ini, 2014, masih akan memiliki pengaruh yang begitu kuat. Pengaruh ini nanti apa bentuknya, we’ll see. Ini patut diketahui juga oleh siapapun yang ingin nanti menjadi Presiden. Masak saya enggak boleh ketemu yang sudah jadi Presiden? Itu saya harus sampaikan ini kepada publik, karena ini kadang-kadang berpolitik yang santun, yang tidak saling membenci, ini saya takut sekarang ini hampir menuju kepada benci. “Ini yang tidak boleh terjadi.”

Presiden Republik Indonesia:
Kalau saya, Mas, dibenci oleh sekelompok orang tidak mengapa karena saya sadari pemimpin itu dipuji dan dicaci, begitu. Yang penting rakyat tahu, pemimpinnya bekerja untuk mereka. Jadi, saya sudah siap untuk menghadapi itu.

Dan percayalah, niat baik Mas Soegeng untuk berdialog dengan saya, dengan genuine. Mas Soegeng juga sekali-kali mengkritik saya, saya terima. Itulah kawan.

Meskipun kadang-kadang berbeda pendapat, silaturahim kita tidak putus. Dan terus terang, ada juga teman-teman yang kerasnya luar biasa, tapi kadang-kadang di belakang juga menginginkan sesuatu. That’s politic. Itu sesuatu. Biarkan itu jadi bagian dari sejarah saja.

Soegeng Sarjadi:
Alright, good point now, very blunt, very good.

Presiden Republik Indonesia:
Terima kasih.

Soegeng Sarjadi:
Para Pemirsa, demikian tanpa saya sadari satu jam dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia. Saya bangga sekali sudah bisa mewakili publik untuk bisa berdialog dengan Bapak, sehingga the unspoken, yang tidak diketahui, moga-moga hari ini bisa diketahui oleh umum. Moga-moga ini bukan yang terakhir.

Presiden Republik Indonesia:
Insya Allah.

Soegeng Sarjadi:
Sampai 2014, saya masih akan meminta wisdom dari Bapak Presiden untuk pada suatu saat, di mana diperlukan, saya akan datang dan minta berdialog lagi dengan Bapak untuk for the love, our love of the country. Itu saja, di atas itu segala-galanya.

Insya Allah, besok kita masih akan menyaksikan matahari terbit dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****

Biro Pers, Media, dan Informasi
Sekretariat Presiden



===============
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
===============



Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog