Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

12 Desember 2012

Makna Angka 12 (Dua Belas)

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Allah SWT berfirman : ‘Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi.’ (QS 087 : 1)

Angka 57 mempunyai makna tersendiri, jika angka 5 dan 7 dijumlahkan menjadi 12, persis seperti jumlah huruf hijaiyah pada kalimat terbaik diatas bumi ini ‘Laa Ilaaha Illaallah’, yakni huruf lam sebanyak 5, alif sebanyak 5 dan huruf Ha besar sebanyak 2. Secara numerical Arab, huruf lam = 30, alif = 1 dan Ha besar = 5 sehingga jika dikalikan dengan banyaknya masing-masing huruf menjadi (lam = 30 X 5) + (alif = 1 X 5) + (Ha = 5 X 2) = 165, persis seperti jumlah ruas-ruas yang ada pada manusia. 

Oleh karena itu jumlah dzikir yang bersuara (dzikir jahr) dilakukan sebanyak 165 X banyaknya, agar kalimat ini selalu berada pada ruas-ruas itu, selalu bercampur dengan darah, otot-otot, syaraf-syaraf dan tulang-tulang, agar seluruh unsur-unsur yang ada pada manusia menyebut dan dapat memahami kalimat ini. Angka 1 dapat bermakna Ihsan, 6 adalah rukun Iman dan 5 adalah rukun Islam, jika angka 1 ditambah 6 dan ditambah 5 juga berjumlah 12. 

Ismu Dzat 'Allah', menurut urutan huruf hijaiyah adalah alif, lam, lam dan Ha atau sama dengan alif = 1, lam = 30, lam = 30 dan Ha = 5, jika dijumlahkan menjadi 66, dan 6 + 6 = 12. Nabi Muhammad Rasulullah,saw., lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal di tahun gajah, dan juga, jumlah huruf hijaiyah pada kalimat Muhammad Rasulullah adalah 12 pula. Karenanya, angka 12 mempunyai makna yang khusus bagi orang-orang yang bertarekat, karena disitu mengandung pengesaan atau pemurnian Tauhid, pembersihan hati dari fenomena dan hanya terpenuhi oleh yang Qodim saja, Huwal Awwalu Huwal Akhiru, persis seperti makna Laa Ilaaha Illaallah.

Semburan lumpur di Sidiarjo, Jawa Timur, Indonesia yang tak kunjung henti, yang memberikan arti bahwa lumpur adalah kegelapan atau kekotoran atau kemunafikan lawan daripada kesucian, yang tumbuh subur di negeri tercinta ini. Seperti tumbuhnya raja-raja kecil yang baru, khususnya pada saat menjelang pesta demokrasi lima tahunan berlangsung. Raja-raja kecil ini hanya mementingkan kelompoknya, mengumpulkan dana rakyat yang demikian besar hanya untuk berperang memenangkan keinginannya, yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. 

Allah SWT telah menyindir kelompok ini sebagaimana firman-Nya : ‘ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS 045 : 23) 

Lumpur yang semakin banyak menyembur keatas permukaan bumi mencerminkan bahwa kemunafikan sedang tumbuh subur, sebaliknya kesucian semakin lama semakin lenyap dari bumi pertiwi ini. Oleh sebab itu, para ulama selalu melantunkan doa-doa agar semburan lumpur ini segera dapat berakhir, karena dikhawatirkan tanah disekitarnya akan turut tenggelam, yang akan membelah pulau jawa menjadi dua bagian, agar manusia-manusia yang berebut kekuasaan segera sadar, karena sudah semakin banyak rakyat menderita karenanya. Di dalam doa-doanya juga terselip harapan akan munculnya pemimpin yang arif dan bijaksana, sebagaimana harapan akan munculnya sekuntum bunga teratai diatas lumpur di Sidoarjo.

Ayat Al Qur’an diatas ‘Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi’ tak pernah luput dibaca oleh Sayyidina Ali,ra., yang membuat para sahabatnya bertanya-tanya, apakah hanya hafal surat Al Qur'an ini saja? Beliau mengerti betul keadaan hati para sahabatnya dan menjawab : 'Jika kalian mengetahui makna kandungan surat Al 'Ala ini, niscaya kalian tidak akan pernah meninggalkannya untuk membacanya.' 

Di kemudian hari surat Al 'Ala ini selalu dibaca tatkala shalat Jum’at, shalat ‘Idul Fitri dan shalat ‘Idul adha merupakan sebuah perintah yang tegas untuk mensucikan nama Tuhan, bukan sekedar dibaca dan dimaknai saja. Lalu yang menjadi pertanyaan, bagaimana mensucikan nama Tuhan? Karena begitu banyak Nama-Nama Tuhan dan bagaimana caranya? Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata bahwa : ‘Nama Tuhan yang paling tinggi adalah Allah.’ 

Oleh karena semua manusia dicipta dan ditempatkan di ‘Alam Nasut’ atau alam kemajemukan, atau alam sebab akibat, maka seseorang yang berkeinginan mensucikan Nama Tuhan, berkewajiban menghapus segala ingatan dan semua yang ada didalam hati kecuali Allah. Sebagaimana angka 12, satu mewakili Ke-Esa-an-Nya dan dua mewakili kemajemukan, sehingga jika angka dua dihapus yang ada hanya satu atu Dia saja. Maka Allah akan mengangkat ruhnya dari Alam Nasut ke Alam Malakut lalu ke Alam Jabarut, meskipun jasadnya berada di bumi ini bersama-sama orang banyak.




Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog