Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

28 November 2012

Bahasa Melayu Kuno

Bahasa Melayu Kuno merupakan anggota rumpun bahasa Austronesia dan dianggap sebagai salah satu bentuk awal (proto) bagi bahasa Melayu. Bahasa Melayu Kuno (MK) berdasarkan catatan-catatan tertulis pernah dipakai pada sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13, yaitu pada zaman berkuasanya Wangsa Sailendra di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya. Keberadaan bahasa ini diketahui dari prasasti dan keping logam (ada yang berupa emas dan ada pula tembaga) yang ditemukan di seputaran Nusantara bagian barat, seperti di Pulau Sumatera dan sekitarnya, Pulau Jawa, dan Pulau Luzon, Filipina.

Kosakata bahasa ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, yang menunjukkan bahwa pengaruh budaya India banyak terserap dalam kehidupan sehari-hari masa itu. Bahasa Sanskerta hingga sekarang menyumbang kepada pengayaan kosakata Bahasa Melayu. Aksara yang digunakan dalam sumber-sumber MK bermacam-macam, mulai dari aksara Pallawa, aksara Kawi atau aksara Pasca-Pallawa.

Sumber-sumber bahasa Melayu kuno ditemukan pada prasasti-prasasti berikut:
  • Prasasti Kedukan Bukit, Palembang (605 Saka / 683 M, (berbahasa Melayu Kuna, dan beraksara Pallawa) 
  • Prasasti Talang Tuwo, dekat Palembang (606 Saka / 684 M, huruf Pallawa, ditemukan oleh Residen Louis Constant Westenenk tanggal 17 November 1920 di sebuah kawasan bernama Talang Tuwo, di sisi barat laut Bukit Seguntang)
  • Prasasti Kota Kapur, Pulau Bangka (608 Saka / 686 M, beraksara Pallawa)
  • Prasasti Karang Brahi, Kabupaten Merangin, Jambi (614 Saka / 692 M, beraksara Pallawa)
  • Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatera Selatan, abad ke-7
  • Prasasti Palas Pasemah, Palas, Lampung, abad ke-7
  • Prasasti Hujung Langit, Hujung Langit, Lampung
  • Prasasti Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M
  • Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah
  • Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
  • Prasasti Gandasuli I dan II, Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832
  • Keping Tembaga Laguna, Manila, Filipina, 900
  • Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah
  • Prasasti Dewa Drabya, Dieng, Jawa Tengah
  • Prasasti Padang Roco di (Kabupaten Dharmasraya sekarang) (dwibahasa, Melayu Kuno dan Jawa Kuno)
  • Prasasti Suruaso, di Suruaso, Kabupaten Tanah Datar (berbahasa Sanskerta, dan beraksara Melayu)
  • Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci (berbahasa Melayu Kuna, dan beraksara Melayu)

Karakteristik

Dari berbagai sumber naskah dan prasasti tampak sekali pengaruh dari bahasa Sanskerta melalui banyak kata-kata yang dipinjam dari bahasa itu serta bunyi-bunyi konsonan aspiratif seperti bh, ch, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatchitta). Namun demikian struktur kalimat jelas bersifat Melayu atau Austronesia, seperti adanya imbuhan (suffix). Imbuhan-imbuhan ini dapat dilacak hubungannya dengan bentuk imbuhan bahasa Melayu Klasik atau bahasa Indonesia, seperti awalan mar- (> ber- dalam bahasa Melayu Klasik), ni- (> di-), nipar- (> diper-), maN- (> meN-), ka- (> ter-), dan maka- (> ter-).

Pronomina pribadi, seperti juga bahasa Indonesia, juga terdiri dari pronomina independen dan ekliktik (genitif)[8]: 1s = aku, -ku/-nku, 2p = kamu, mamu, 3s = iya, nya, 3p (hormat) = sida, -da,-nda, 2p (divinum) = kita, -ta/-nta.

Dua dialek telah diduga oleh Aichelle di tahun 1942 dan A. Teeuw sejak 1959: Dialek prasasti Sumatera: ni-/var- dan dialek luar Sumatera di-/bar-.



Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog